Selasa, 03 Mei 2011

perkembangan anak umur 9 tahun

Nama Kelompok : Anisah Nur Herdani (4915107219)

Dias Anjar Malintan ((4915107200)

Mega Octaviani (4915107203)

Nur Azizah (4915107201)

Rasyid Nafi Satifa (4915107208)

Pendidikan IPS

Universitas Negeri Jakarta 2011

LAPORAN OBSERVASI PERKEMBANGAN ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 4 SDN O5 PAGI

Pada saat kami melangkahkan kaki di SDN O7 PAGI , suara riang dari dari murid-murid terdengar begitu menghentar, suasana sekolah yang begitu sangat asri, dan juga para dewan guru yang menyambut kami dengan sangat begitu ramah sekali. Maksud dan tujuan kami ke SDN O7 PAGI adalah untuk melakukan observasi akan sebuah perkembangan anak usia 9 tahun yang pada umumnya masih duduk di bangku sekolah kelas 4 SD, pada saat kami mulai observasi akan sebuah perkembangan anak usia 9 tahun di SDN 07 PAGI tepatnya di kelas 4A yang terdapat 33 siswa-siswi, yang terdiri dari siswa yang berjumlah 16 dan siswi yang berjumlah 17 .

Pada saat kami menuju ruang kelas yang kami tuju untuk melakukan observasi, ada suatu hal yang membuat langkah kaki kami terhenti sejenak, yaitu terdapat suatu hal yang mencuri perhatian kami, kami melihat anak-anak dari kelas lain sedang ada pelajaran menari, kami begitu senang melihat mereka, karena ada beberapa hal yang sangat begitu menarik perhatian kami yaitu betapa antusiasnya mereka saat menari dan begitu cepat mereka saat menghafal gerakan tarian tersebut dan mereka ikut menyayi pula, kami begitu sangat senang melihat ke antusiasan mereka , akan tetapi kami tidak dapat lama – lama melihat mereka menari karena kami harus segera beranjak untuk segera menuju ruang kelas yang akan kami tuju untuk kami lakukan observasi. pada saat kami mulai melakukan observasi tepat akan sedang berlagsung pelajaran MATEMATIKA dan IPS , banyak para siswa yang sangat begitu antusias terhadap suatu pelajaran terutama IPS, akan tetapi pada pelajaran MATEMATIKA para siswa kurang begitu antusias karena menurut mereka pelajaran tersebut begitu membosankan sehingga beberapa dari siswa tidak memperhatikan pelajaran matematika yang sedang di terangkan oleh sang guru. Pada saat kami melakukan observasi, kami banyak menemukan keberagaman dari para siswa- siswa tersebut, baik dalam hal karakter sifat dan tingkah laku dari setiap siswa, bukan hanya keragaman akan sebuah tingkah laku mereka saja yang kami temui pada saat kami melakukan observasi banyak keberagaman akan cara pembelajaran dari masing – masing siswa pada saat pembelajaran di sekolah, banyak berbagai karakter anak yang kami temui mulai dari keberagaman dari karakter mereka, sifat, dan cara mereka pada saat pembelajaran di sekolah. Beraneka macam karakter siswa baik sifat yang kami temui di sana, yang terdiri dari karakter setiap anak yaitu terdapat anak yang aktif, ada anak yang cenderung suka berekspresi yang di tuangkan melalui media gambar dan ada juga anak yang cenderung begitu sangat respon terhadap sesuatu yang baru ia temui dan ada juga anak yang berekspresi berkomunikasi terhadap seseorang yang baru di kenalnya dengan cara mencari perhatian.

Pada saat pembelajaran banyak karakteristik yang kami temui pada masing – masing anak, ada anak yang pada saat berjalan waktu pembelajaran, mulai dari anak yang begitu serius mendengarkan pada saat guru sedang menjelaskan, ada juga yang ngobrol dengan teman sebangkunya, ada juga anak yang begitu cepat merespon akan sugesti yang di berikan guru yang sedang mengajar. Mereka sangat begitu antusias terhadap materi pelajaran yang di berikan oleh guru, terutama materi pelajaran yang mereka suka. Akan tetapi pada daya konsentrasi mereka masih sangat begitu rentan, contohnya saja pada saat berlangsungnya pelajaran apabila terdapat suatu hal yang menarik perhatian mereka, konsentrasi belajar mereka akan berantakan, oleh karna itu dalam berjalannya proses pembelajaran sedang berlangsung mereka tidak dapat di ganggu karena apabila mereka di ganggu, konsentrasi mereka akan beranatakan.

Pada pukul 09.25 mereka berlomba-lomba keluar dari kelas kami pun terheran-heran melihatnya, ternyata yang mereka lakukan adalah ikut menari dengan teman-teman kelas 4B nya, SD ini cukup baik karena ada beberapa penanaman nilai “Cinta Indonesia” ada empat tarian yang mereka lakukan dengan waktu 20 menit. Lagu-lagu daerahnya pun sangat beragam dari daerah Jakarta (Betawi), Padang dan Sunda. Rupanya semenjak mereka menginjak bangku di sekolah tersebut mereka sudah di tanamkan oleh guru-guru mereka yang sangat hebat dengan beberapa tarian tradisional Indonesia.

Pada masa ini, psikologis perkembangan rasa ingin tahunya begitu sangat besar terhadap sesuatu mulai dari hal yang sekecil apapun sampai dengan hal yang terbesar, mereka selalu langsung merespon terhadap sesuatu hal yang mereka anggap aneh dan tak pernah mereka lihat sebelumnya. Ada anak yang mengekspresikan pada saat ia mulai jenuh pada saat pelajaran berlangsung anak-anak banyak yang menuangkan ekspresi kejenuhannya dengan menggambar di buku tulis, dan ada juga anak yang mulai ngobrol dengan teman sebangkunya.

Pada masa ini, anak sudah dalam tahapan memahami akan sesuatu hal yang baru mereka temui dan ketahui, terdapat akan sebuah semangat yang begitu sangat tinggi, dan juga mereka tidak terlalu memikirkan akan sebuah masalah yang sedang terjadi. Dalam menangani sebuah pembelajaran anak yang masih berusia 9 tahun janganlah terlalu mematahkan akan sebuah potensi yang mereka miliki, karena semangat mereka yang begitu sangat tinggi tidak boleh di patahkan karena anak yang masih berusia 9 tahun semua yang mereka utarakan di dalam fikiran mereka masih dianggap benar meskipun anggapan yang merka anggap benar sebenarnya salah, meskipun begitu dalam menangani anak yang masih berusia 9 tahun jangan terlalu di patahkan akan sebuah semangat dan potensi yang mereka miliki karena mereka masih berusaha dalam tahap mencari dan mengetahui akan sesuatu yang mereka belum tahu sebelumnya. Anak yang masih berusia 9 tahun jiwanya masih belum banyak mendapatkan pengalaman, oleh karena itu mereka begitu sangat membutuhkan akan sebuah dorongan semangat yang begitu besar, baik dari ruang lingkup keluarga yaitu kedua orangtua maupun dalam ruang lingkup sekolah yaitu guru. Jiwa dan mental anak yang masih seumuran mereka masih sangat rentan akan sebuah pematahan semangat mereka, karena di dalam diri mereka apapun yang mereka tahu itulah sesuatu yang mereka anggap benar walaupun kebenaran yang mereka anggap benar itu sebenarnya salah, oleh karena itu anak seusia mereka masih sangat begitu membutuhkan dorongan yang begitu besar dari kalangan sekeliling mereka. Seorang anak yang masih rentan akan jiwa dan mentalnya, memori akan ingatannya masih sangat begitu jernih, karena mereka belum begitu berat memikirkan akan banyak hal yang dapat membuat mereka terbeban, oleh karna itu janganlah mnggunakan sebuah tindakan yang kasar, baik dalam hal perkaaan maupun perbuatan karena anak yang jiwanya masih labil mereka masih sangat begitu meniru akan berbagai hal yang baru mereka lihat dan mereka anggap aneh, oleh karena itu baik dalam hal tindakan dan perkataan terhadap anak yang jiwa dan mentalnya masih sangat rentan, janganlah menunjukan sebuah hal yang tercela karena seumuran mereka masih sangat suka meniru, rasa ingin tahu mereka, dan memori perekam mereka masih sangat begitu kuat.

Anak yang telah berusia 9 tahun, tepatnya telah duduk di bangku sekolah dasar kelas 4 SD , sudah bertahap ke arah sebuah perkembangan, baik dalam hal fisik maupun dalam hal perkembangan fikiran mereka, oleh karena itu anak yang sudah berumur 9 tahun lebih cenderung bisa meniru akan sebuah hal yang mereka lihat dari orang dewasa, karena anak yang masih seumuran mereka masih sangat begitu rentan baik jiwa maupun mentalnya, oleh karena itu anak seusia mereka sangat begitu membutuhkan sebuah perhatian ekstra terhadap sebuah perkembangannya yang masih sangat panjang, karena apabila tidak adanya sebuah penanganan yang ekstra takutnya mereka menjadi salah jalan, karena anak seusia mereka masih mencari dan memahami berbagai hal yang belum mereka ketahui dan apakan itu benar atau salah, oleh karena itu anak seusia mereka harus lebih ekstra di bimbing dan di ajarkan mana yang benar dan mana yang salah agar kedepannya mereka tidak salah jalan dan mereka juga tidak bingung mana jalan yang benar dan mana jalan yang salah.

Di dalam teori tumbuh kembang menurut Robert Havighurst bahwasannya masa sekolah adalah masanya sang anak memiliki kemandirian, anak kelas 4 SD tersebut memang kami rasa sudah sangat mandiri karena mereka sudah tidak diantar ke sekolah oleh orangtuanya. Mereka juga mulai bergaul dengan teman-temannya dan sudah cenderung berkelompok terlihat dari kelas ini, saat istirahat tiba beberapa anak perempuan bergerombol dan ketika kami tanyakan ternyata mereka sedang diskusi, dalam hal ini terlihat sangat positif karena mereka sudah memiliki inisiatif untuk melakukan diskusi. Belajar peran sosial pun sudah benar terlihat oleh anak-anak ini, terlihat kami temukan ke feminiman anak perempuan dan kemaskulinan anak laki-lakinya, mereka berpakaian dan berpenampilan sesuai dengan jenis kelaminnya masing-masing. Kemudian mereka sudah melakukan keterampilan dasar mereka seperti membaca dengan lancar saat pelajaran IPS berlangsung.

Adapun teori tumbuh kembang menurut Neonatus mengenai perkembangan fisik, kognitif, sosial anak meningkat dan meningkatkan komunikasi. Dalam hal ini perkembangan sosial dirasa memang sangat cocok untuk mereka, karena pada saat kami memasuki kelas, mereka berinisiatif untuk berkenalan dengan kami. Suatu hal yang sesuai dengan teori Neonatus ini.

Teori Perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud terkait dengan penggunaan energi yang digunakan untuk aktivitas fisik dan intelektual menurut kami dirasa sesuai dengan mereka, karena dengan mereka melakukan menari dan belajar mereka sudah menggunakan energi mereka untuk hal yang positif.

Disini mungkin kami akan bercerita kembali mengenai masalah alat menyalakan kipas yang terlepas dari tempatnya, dan sang guru pun bertanya-tanya kepada anak-anak tersebut ternyata ada seorang anak yang menyatakan bahwa “lebih baik menanyakan kepada pak Solihin (satpam)” karena pada dasarnya pak Solohin lebih mengetahui masalah-masalah yang ada di dalam kelas mereka. Kami bisa mengambil nilai dari hal ini, bahwa mereka sudah bisa memecahkan masalah yang konkret dengan hal ini kami teringat oleh Teori perkembangan Kognitif oleh tokoh Psikologi Piaget bahwa dalam anak usia 9 tahun sudah bisa memecahkan suatu masalah.

Perkembangan sosial

Kecenderungan anak usia 7-9 tahun untuk bergaul dengan teman sebaya, membentuk kelompok, dan membuat kesepakatan diantara mereka. Teman-temannya itu kadang lebih mendapat perhatian dan prioritas daripada orang tuanya. Mereka mulai menjauh dari orang dewasa, karena mereka ingin berbincang dan bercerita sesama mereka tanpa diganggu oleh orang dewasa. Mereka tidak ingin terkucil dari teman-temannya. Apa yang dilakukan temannya, ia pun melakukannya. Misalnya mode pakaian , cara berbicara, gaya berjalan dan sebagainya ingin ia tiru seperti teman-teman dalam kelompoknya. Jika temantemannya pergi mengaji, ia pun pergi mengaji. Apabila anak pada usia ini tidak mempunyai teman atau terkucil dari teman sepergaulan maka mereka akan merasa menderita, akibatnya perkembangan jiwa sosialnya akan tidak sehat.

Perkembangan kecerdasan.

Perkembangan yang sangat menonjol adalah perkembangan pikiran, khusunya kecerdasan. Perkembangan kecerdasan terjadi cepat sekali. Anak sudah mulai dapat memahami hal yang abstrak. Kecerdasannya untuk berfantasi/berkhayal sangat besar. Anak sangat suka mendengar cerita, kisah atau dongeng yang diceritakan oleh orang tua dan guru.

Pada umur 9 tahun, kemampuan membaca pada anak sudah mulai muncul. Apabila orangtua dan guru dapat menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak dan mendukung keimanan maka tentu sangat bermanfaat. Kisah cerita yang disukai anak pada usia ini adalah cerita yang sesuai dengan keadaan mereka, misalnya tokoh cerita anak yang sebaya dengannya. Mereka suka mendengar atau membaca cerita tentang hewan yang pernah dilihatnya, pemandangan alam yang indah memesona. Perkembangan kecerdasan anak berjalan cepat, sehingga kemampuan memahami hal-hal yang abstrak semakin meningkat dan seiring bertambahnya pengalaman dan usia, anak mampu memahami hal-hal yang abstrak. Penjelasan keimanan secara sederhana sudah dapat diberikan kepada anak usia ini sesuai dengan perkembangan kecerdasannya.

Perkembangan Keagamaan

Keberagamaan anak adalah sungguh-sungguh, namun belum dengan pikirannya. Mereka menangkap dengan emosi karena ia belum mampu berpikir logis. Mereka ingin melaksanakan apa yang didengarnya. Bahkan tidak jarang mereka berusaha meniru apa yang dapat ditirunya dari orang tuanya dan dari gurunya. Mereka hanya meniru dan menyesuaikan diri saja dengan pandangan hidup orang tuanya.

Dengan demikian ketaatan pada ajaran agama merupakan kebiasaan yang mereka pelajari dari orang tua maupun guru. Bagi mereka sangat mudah untuk menerima ajaran dari orang dewasa walaupun belum mereka sadari sepenuhnya manfaat ajaran tersebut, anak sudah mempunyai kemampuan membedakan mana yang baik dan yang buruk, antara yang prioritas dan bukan prioritas melalui kemampuan akalnya. Karena kemampuan itu, maka anak telah siap untuk berkenalan dan memahami adanya hukuman yang diterimanya.

Anak juga akan merasa bangga apabila diikut sertakan dalam kegiatan keagamaan,misalnya ikut shalat berjamaah,berdiri bershaf-shaf dengan jamaah. Komentar akan tingkah mereka juga akan membuat ia bangga, misalnya ia berperilaku baik, rajin shalat, rajin mengaji,baik dengan teman dan lain-lain. Maka dari itu pada masa-masa ini, sangat rentan terhadap pembentukan karakter religius seorang anak dari lingkungan sekitar, keluarga dan teman kerabat. Sehingga sangat diprioritaskan untuk bersosialisasi sikap religiusitas seseorang yang dihadapinya. Agar dapat terbentuk karakter religius yang baik dan berada dalam koridor kebenaran yang dimiliki oleh anak tersebut.

Perkembangan Gender

Maka ditarik kesimpulan bahwa kecenderungan anak usia 9 tahun untuk bergaul dengan teman sebaya, membentuk kelompok, dan membuat kesepakatan diantara mereka. Teman-temannya itu kadang lebih mendapat perhatian dan prioritas daripada orang tuanya. Mereka tidak ingin terkucil dari teman-temannya. Apa yang dilakukan temannya, ia pun melakukannya. Misalnya, pada saat pelajaran seni (menari), mereka berlomba-lomba untuk segera mengikuti pelajaran tersebut dengan teman-teman didalam kelompoknya, cara berbicara, gaya berjalan dan sebagainya ingin ia tiru seperti teman-teman dalam kelompoknya juga. Apabila anak pada usia ini tidak mempunyai teman atau terkucil dari teman sepergaulan maka mereka akan merasa menderita, akibatnya perkembangan jiwa sosialnya akan tidak sehat.

Pada masa ini, ada perilaku positif yang mungkin muncul karena pengaruh masa puber ini, yaitu anak akan semakin mahir dalam mengatur waktu untuk belajar dan beraktivitas. Dalam mengambil keputusan, mereka akan semakin mampu dan baik. Sedangkan sisi negatif dari hadirnya masa puber ini, biasanya anak cenderung lebih sensitif. Ia akan mudah tersinggung, egois, dan bahkan menentang.

Perkembangan Kognitif

Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar.

Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi – operasi, yaitu :

a). Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan – hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.

b). Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.

c). Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada.

Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata

Perkembangan kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget

Tahapan Operasional Konkrit (usia 8 – 11 tahun)

Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:

Pengurutan—kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.

Klasifikasi—kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)

Decentering—anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.

Reversibility—anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

Konservasi—memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.

Penghilangan sifat Egosentrisme—kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

Tahap Erikson : Industry vs Inferiority (Tekun vs Rasa Rendah Diri)

- Karakteristik :

Masa awal anak-anak yang penuh imajinasi, ketika anak-anak / individu memasuki tahun-tahun sekolah dasar, mereka mengarahkan energi mereka pada penguasaan pengetahuan & keterampilan intelektual. Tertarik pada bagaimana sesuatu diciptakan & bagaimana sesuatu itu bekerja.

Orang tua / guru memberikan antusiasme pada daya tarik anak / siswa pada kegiatan-kegiatannya, untuk mendorong bangkitnya rasa tekun anak / siswa. Periode ini individu / anak berpikir intuisif / berpikir mengandalkan ilham, anak-anak berimajinasi memperoleh kemampuan 1 langkah berpikir mengkoordinasi pemikiran & idenya dengan peristiwa tertentu ke dalam sistem pemikirannya sendiri.